Jumat, 31 Desember 2010

Dicaci Dan Dipuja (Trax Magz)

Lima hati baja dari Pee Wee Gaskins ini tetap kukuh dan konsisten dengan apa yang mereka kerjakan meski gelombang hujatan sekaligus pujian coba menghantam perahu mereka, dan semua cerita tentang perjalanan awal, efek ketenaran, party dorks, para pembenci serta keuntungan bergabung dengan major label. 

Bagi Donald Henry “Pee Wee” Gaskins, seorang pesakitan pembunuh berantai asal Amerika Serikat yang telah membantai sekitar 100 korbannya dengan cara bervariasi: menikam, mencekik, menembak dan memutilasi, musik mungkin bukan menjadi kesenangan utamanya karena tidak ada satu pun apresiasinya di bidang ini, berbeda dengan Charles Manson, pembunuh berantai Amerika Serikat lainnya yang menamai sekte-nya dengan lagu The Beatles, “Helter Skelter” serta sempat mempunyai hubungan khusus dengan Dennis Wilson, dramer The Beach Boys. Gaskins yang bertubuh mungil - dari situlah julukan 'pee wee' disematkan sebagai nama tengahnya - lebih terlihat seperti manusia tidak berbahaya, tapi siapa sangka di dalam penjara ia berhasil meledakkan kepala seorang napi paling ditakuti di blok-nya dengan sebuah radio.

Hingga akhir hayatnya di atas kursi listrik pada tahun 1991, Donald Gaskins tidak akan pernah menyangka jika kekejamannya mencabut nyawa manusia ternyata menginspirasi seseorang di belahan dunia lain, Alditsa Sadega atau Dochi untuk mengabadikan namanya menjadi identitas band barunya. Berawal dari pergaulan komunitas scene yang kala itu dipenuhi oleh band-band dengan nama seram mendorong Dochi untuk menyesuaikan diri, ”Niatnya pengen nama yang serem tapi musiknya tetep kayak kita, jadi ada kesan kontrasnya,” sebutnya. Hasil pencarian di google dengan kata kunci serial killer membawa sosok Donald Gaskins kepadanya, “Donald Gaskins badannya kecil tapi portfolio membunuhnya udah ratusan orang lebih, akhirnya korelasinya kita bikin: Kecil-kecil bisa bunuh,” ungkap Dochi lagi.

The Side Project (TSP) adalah band utama vokalis-(sekarang) basis Dochi ketika melangkahkan kaki pertama kali di scene independen nasional. Setelah sempat mendapat perhatian lokal lewat single “Persetan Dengan Dia” dalam kompilasi Anthem of Tomorrow, TSP menemui kebuntuan yang berujung keluarnya Dochi untuk kemudian menjadi session guitarist bagi penyanyi Sherina. Dibanding hanya menjadi gitaris pengiring, naluri kreatif Dochi kembali diluapkan secara iseng dengan menciptakan dan merekam beberapa lagu di studio di mana ia memainkan semua instrumennya. Lagu “Here Up On The Attic” yang menurut Dochi secara tidak sengaja mengandung unsur synthesizer karena menemukan sebuah controller di studio, dijadikannya sebagai pemicu semangat untuk kembali membentuk band, ”Makanya musiknya kayak Pee Wee (Gaskins) yang sekarang ini,” “Intinya, Pee Wee Gaskins adalah sebuah pembuktian, bahwa keluarnya saya dari The Side Project tidak menghentikan ambisi saya,”ujarnya.
Meski dicomot secara satu per satu dari berbagai band, namun setiap anggota Pee Wee Gaskins (PWG) tergabung dari komunitas yang sering bermain bersama dalam setiap gig underground ibukota. Dan semuanya bergabung dengan PWG setelah berjudi meninggalkan band awal masing-masing. Gitaris Fauzan atau Sansan awalnya adalah vokalis dari band emo, Killing Me Inside (KILLMS) yang telah merilis sebuah album A Fresh Start For Something New. Menjalani dua band secara sekaligus membuat Sansan harus segera menentukan pilihan, “Ngebagi waktunya susah, kecuali gue-nya ada dua,” ujar gitaris dengan tato di sekujur lengannya. Sansan melanjutkan, “Gue merasa lebih nyaman disini, jadi alasannya udah jelas gue milih disini (PWG), karena hidup itu pilihan, kawan!” Namun, Dochi tidak hanya memerlukan seorang vokalis sejati untuk menutupi kelemahan suaranya tapi juga  yang mampu bernyanyi sambil bermain gitar dengan sama baiknya, “Gue tahu keterbatasan vokal gue, gue butuh vokalis yang bagus, jadi gue tarik Sansan, tapi gue nggak mau dia nyanyi doang soalnya ntar kan sama aja kayak Killing Me (Inside),” sebut Dochi yang pernah menjadi additional gitar KILLMS. Yang menarik adalah proses perekrutan Reza Satiri (Omo) sebagai pemain synthesizer. Dochi yang tidak mengenal Omo secara 'terpaksa' harus memperalat seorang bernama Telor, pemain bas di band Too Late Too Notice di mana Omo juga bermain untuk kemudian mengajak keduanya bergabung di PWG, “Di pergaulan kita, satu-satunya orang yang bisa main kibor ya cuma Omo,” ujar Dochi. “Gue 'ngambil' Telor biar gue kenal Omo.” Terakhir, dramer Renaldy Prasetya atau AldyKumis diajak bergabung untuk melengkapi formasi PWG setelah direkomendasikan seorang teman.


Selama setahun formasi ini bergerilya dari satu gig ke gig lainnya, “Strategi 'always a step a head than the rest' adalah motivasi dasar membentuk Pee Wee Gaskins,” kata Dochi. Ketika band lain sibuk memikirkan bagaimana aksi panggung dan dandanan yang menarik agar band mereka berkesan, PWG memilih alternatif lain: Myspace. “Gue dan Aldy mendedikasikan hampir 24 jam setiap hari mempromosikan musik, we pushed ourselves in almost everything we do,” kata Dochi. Strategi lainnya adalah promosi lewat merchandise, “Kita sibuk membuat merchandise dan melempar sebanyak mungkin demo ketika manggung,” lanjutnya, hingga tiba-tiba t-shirt bertuliskan “Pee Wee Gaskins” tersebar dan dikenakan secara masif oleh banyak remaja tanggung SMP dan SMA. Di tengah gencarnya promo PWG lewat merchandise maupun live performance, Dochi menjelaskan, “Kita tiba-tiba menetapkan 11 April 2008 harus sudah keluar album, and we did!” Jejak pertama PWG ditorehkan melalui EP Stories From Our High School Years yang dikerjakan dalam waktu 2 bulan saja. Album itu secara otomatis mendongkrak nama PWG terutama di depan massa ABG. “Kita cuman bikin lirik yang relate ama orang. EP itu emang banyaknya tema (dari) cerita yang udah lewat waktu (kita) di high school,” ungkap Dochi yang banyak menulis lirik sekaligus menjawab anggapan PWG sebagai band dengan pasar 'highschool' terutama bagi para loser, “Bagaimana kita mengemasnya (PWG) dalam bentuk nerdy dan dorky dibawah nama seorang pembunuh berantai.”

Sabtu, 25 Desember 2010

Jadwal Manggung PWG Nov - Des 2010

Sabtu, 13 November 2010
Ad Astra Per Aspera Pre Launch , Jakarta,  Indonesia

Minggu, 14 November 2010
Ultah OZ Radio, Jakarta, Indonesia

Minggu, 21 November 2010
Calling All Dorks, Hanggar Teras Pancoran, Jakarta, Indonesia

Sabtu, 27 November 2010
Lampung (tbc) lampung, Sumatera, Indonesia

Minggu, 28 November 2010
Ardan Website Launch (tbc), Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Minggu, 28 November 2010
Kopi ABC (tbc), Jogja, Jawa Tengah, Indonesia

Minggu, 5 Desember 2010
Kopi ABC (tbc), Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia

Sabtu, 11 Desember 2010
Coca Cola, Jogjakarta, Jawa Tengah, Indonesia

Minggu, 12 Desember 2010
Kopi ABC (tbc), Semarang, Jawa Tengah , Indonesia

Minggu, 18 Desember 2010
SMP 19 (tbc), Jakarta, Indonesia

Minggu, 19 Desember 2010
Telkomsel (tbc), Jakarta, Indonesia

Minggu, 25 Desember 2010
HUT Alfa Records (tbc), Jakarta, Indonesia

Pee Wee Gaskins Ditantang Bikin Lagu Bertema Sepakbola

Band pop punk asal Jakarta Pee Wee Gaskins akhirnya berdamai dengan Viking dan Bonek. Kini, Pee Wee Gaskins pun ditantang untuk membuat lagu bertema sepakbola oleh mereka.


Ketua Viking Heru Joko menantang kepada para personel Pee Wee Gaskins untuk lebih kreatif dan jangan terpengaruh dengan masalah yang sedang menimpa mereka. Secara personal, Heru meminta kepada Pee Wee Gaskins untuk membuat lagu tentang sepakbola.

"Sok sekarang saya minta kalian bikin lagu tentang bola," ujar Heru usai mediasi antara Bonek, Viking dan Pee Wee Gaskin di Roger's Cafe, Bandung, Senin (13/12/2010) malam.

Mendapat tantangan dari Heru, para personel Pee Wee Gaskins tersenyum simpul. "Terima kasih atas dukungannya. Kita akan terus berkarya dan kita akan membuat lagu tentang sepakbola," ungkap Dochi, pembetot bass sekaligus vokalis Pee Wee Gaskins.

Sebelumnya, Heru juga mengimbau kepada bobotoh untuk tidak berbuat anarkis jika band Pee Wee Gaskins main di Bandung. Dirinya pun menawarkan perlindungan kepada band pop punk asal Jakarta ini jika ada undangan main di Bandung.

"Jangan takut. Hubungi saya saja kalau mau main di Bandung. Buat bobotoh juga jangan sampai melakukan hal-hal yang anarkis seandainya mereka main di Bandung," katanya.

Sebelumnya Pee Wee Gaskins diserang massa di Surabaya, Jumat (10/12/2010). Mereka diserang karena rumor yang beredar di dunia maya yang menyebutkan Pee Wee Gaskins membakar bendera Bonek saat mereka manggung. Selain bendera Bonek, Pee Wee Gaskins juga dituduh membakar bendera Viking.

Disinggung mengenai isu ini, Heru kepada detikhot menegaskan bahwa pihaknya akan mencari kebenarannya terlebih dahulu. Dirinya yakin bahwa isu yang berawal dari akun Facebook salah seorang Anti Pee Wee Gaskins (APWG)-sebutan untuk pembenci Pee Wee Gaskins- adalah tidak benar adanya.

"Itu hanya orang iseng saja yang tidak suka. Justru band-band seperti ini harus didukung. Saya sangat support mereka karena karya mereka juga bagus. Bahkan ada satu lagu yang setiap pertandingan bola diputar," ucap Heru.

Pee Wee Gaskins Sudah Tahu Identitas Penyebar Isu

Gara-gara ulah tangan jahil yang menyebarkan berita Pee Wee Gaskins menyobek dan membakar bendera Bonek - supporter klub sepak bola Persebaya lewat Facebook, band yang dimotori Dochi, Sansan, Eye, Omo, dan Aldy jadi tertimpa masalah berat dengan penggemar bola di Surabaya.


Akibatnya, sang road manager terpaksa kena bogem mentah para Bonek saat akan tampil di konser Coca Cola Sunburst di Kota Pahlawan, Sabtu (11/12) lalu. Dengan geram, para personil Pee Wee Gaskins mengungkapkan akan memberi pelajaran kepada 'oknum' di situs jejaring sosial tersebut.

"(Awalnya) dari Facebook ada orang yang nggak bertanggung jawab. Kalau dilihat tuh orang cuma mau iseng, cuma mau mencelakakan kita, cuma kalau udah kayak gini udah kebangeten. Kita lagi cari, lagi usut sampai orangnya ketemu. Kita udah tahu bakal kena pasal pelanggaran berlapis, ada 310, 355, 356. Pokoknya dipastikan orangnya ketemu, masa depannya gelap aja," tegas Dochi yang ditemui di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (13/12).

Diakui Dochi, di Facebook sangat banyak para haters yang sengaja membuat akun baru hanya untuk menyebarkan isu, hingga akhirnya gosip pembakaran bendera itu didengar para Bonek. Dan berkat bantuan beberapa pihak, Pee Wee Gaskins pun sudah mengetahui siapa pelaku utamanya.

"Sudah tahu sih sebenernya, dari FB-nya udah ketangkep IP address-nya, jadi udah tahu orangnya udah ketahuan, jadi kita tinggal tunggu waktu aja," ujar Dochi.

Pertemuan Damai Bonek dan Pee Wee Gaskins

Baru aja nih pihak PWG, Bonek dan Viking mengadakan pertemuan di Roger Café Bandung (13/12/2011 jam 19.00 - 20.00 WIB).


“Kita disini ingin berkenalan dan bersilaturahmi juga mencoba meluruskan bahwa Pee Wee Gaskin tidak pernah melakukan tindakan seperti itu. Jadi yang kemaren itu sebenernya kita salah berkenalan,” ujar Dochi. PWG melalui vokalisnya menyatakan bahwa berita tersebut sama sekali tidak benar. 

Kabar itu muncul dari Twitter dan Facebook Kamis (9/12) lalu. Belum sehari, gossip yang disebut Dochie sebagai fitnah ini, sudah beredar kemana-mana. Emosi para Bonek pun tersulut dengan mudahnya. Makanya pihak kepolisian meminta management PWG agar mereka nggak jadi tampil.

Sampai saat ini, belum diketahui siapa oknum dibalik kabar burung ini. “Berita ini bukan dari kita. Kita nggak tau ini berita datang dari siapa. Sekarang kita minta kerjasamanya untuk mencari siapa oknum di balik berita ini.  Dan nantinya akan kita serahkan ke pihak hukum,” Sansan menambahkan. Dan selama pertemuan tadi, kedua pihak juga sepertinya sepakat menutup cerita insiden Surabaya. Kedua pihak sama sama tidak mau bercerita lagi baik soal kronologis maupun kejadian. Pihak Pee Wee Gaskin juga mengungkapkan kalau mereka hanya dihadang. "Ikhlasin saja. Biar jadi pelajaran saja buat masyarakat Indonesia, supaya tidak mudah termakan gosip," Ujar Regi sang road manager yang kemarin dikabarkan jadi korban.


Pihak Bonek jauh-jauh dateng dari Surabaya memang datang bukan untuk berdebat. Tapi buat meluruskan kesalahpahaman ini. “Kalau memang terbukti, secara hukum kita proses aja,” ujar Hamim, salah satu perwakilan Bonek pada media. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Dochi cs. Mereka meminta ke semua pihak yang terlibat untuk sama-sama mencari oknum yang ada di balik ini semua. “Agar si oknum ini tau, kalau apa yang udah dia lakukan ini tuh bukan lelucon lagi, dia udah menghambat karir kami sebagai band,” ujar Dochi.

Selanjutnya Dochi juga bilang kalau mimpinya dan PWG adalah biar bisa melihat setiap sudut indonesia, mewakili generasi dan juga bawa semangat nasionalisme. “Tapi dengan adanya kejadian kayak gini, mimpi kita jadi ketutup," kata Dochi. 

Mereka akan terus mencari siapa sih yang bikin kesalahpahaman dari tiga pihak ini. PWG sendiri udah menyewa lawyer khusus menangani masalah ini.

Akhirnya pertemuan tadi ditutup dengan jabatan tangan ketiga belah pihak. Heru Joko selaku ketua Viking menutup obrolan dengan meminta Pee Wee Gaskins untuk membuat lagu mengenai sepakbola di Indonesia. “Yah.. biar bisa damai lah!” begitu katanya.

Road Manager Pee Wee Gaskins Dihajar Bonek

Hari Sabtu (11/12) lalu, Pee Wee Gaskins seharusnya manggung bersama band lainnya di acara Cola Cola Sunburst yang dihelat di Surabaya. Namun, rencana itu tiba-tiba batal karena ditakutkan adanya kerusuhan gara-gara isuPee Wee Gaskins membakar bendera Bonek - supporter sepak bola Persebaya. Dan memang ketakutan itu menjadi kenyataan, sang road manager bernama Regi dikeroyok sejumlah orang.


"Dia (Regi) kan keluar dari mobil. Nah saat itu kondisinya kita mau ke arah lokasi Coca Cola Sunburst, niatnya pengen ngobrol dulu sama Bonek-Bonek itu. Cuma akhirnya baru ngelangkahin satu kaki tiba-tiba langsung dipukulin abis. Terus abis itu ya sudah, akhirnya diamanin ke polisi, kita bikin BAP juga, abis itu kita kembali ke Jakarta," tutur Sansan, sang gitaris di studioDAHSYAT, RCTI, Kebon Jeruk, Jakbar, Senin (13/12).


Atas pemukulan itu, Regi hingga saat ini masih berada di rumah sakit dan menjalani visum. "Cukup banyak lah luka-lukanya, cuma hasilnya belum keluar karena baru masuk. Kita bakal ngadain preskon dan sedetail-detailnya bakal kita kasih tahu di sana," sambungnya.

Ditegaskan Pee Wee Gaskins, mereka tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan 'oknum' di Facebook mengenai penyobekan maupun pembakaran bendera Bonek. Ia pun memaparkan tentang lagu Pee Wee Gaskins berjudulDari Mata Garuda yang dibuat benar-benar dari hati.

"Ya kita kan sebenarnya band, dan band yang nggak pernah nyulut masalah dengan band lain, apalagi merobek bendera supporter bola suatu daerah. Itu sudah bener-bener di luar akal sehat dan keluar dari hati nurani lagi deh kayak gini. Ya makanya kita harus klarifikasi. Sisi baiknya, kita juga dapat full dukungan dari temen-temen, ya mudah-mudahan cepet kelar," kata Dochi.

Dan sebenarnya, lanjut Sansan, sebelum tiba di Surabaya pihaknya merasa gosip pembakaran bendera sudah clear. "Cuma karena ada informasi yang tidak disebar dengan baik, akhirnya ada salah paham. Kita bakal ngadain pertemuan sama mereka (Bonek) kalau keadaannya sudah dingin, ya nanti bakal dijelasin, soalnya kita - dua pihak ini korban," pungkas Sansan.

Dituduh Bakar Bendera Bonek, Pee Wee Gaskins Batal Konser

Gara-gara diisukan membakar bendera Bonek - penggemar klub sepakbola Persebaya, grup band yang sedang naik daun Pee Wee Gaskins langsung terkena imbasnya. Rencana konser di Surabaya tiba-tiba dibatalkan karena takut adanya kerusuhan.


"Pertimbangannya karena kondisi tidak kondusif, makanya diminta nggak usah manggung. Polisi yang jaga keamanan konser takut rusuh. Sementara panitia juga menyarankan untuk tidak manggung supaya nggak rusuh, jadilah kami memutuskan batal manggung," tutur manajer Pee Wee Gaskins, Bowo, yang dihubungi KapanLagi.com™ via telepon, Sabtu (11/12).

Diceritakan Bowo, awal masalah ini dimulai dari isu Pee Wee Gaskinsmembakar bendera Bonek sebelum pentas. Hal itu langsung dibantah keras oleh Bowo. "Nggak tahu siapa yang nyebar isu itu, kita nggak pernah melakukan itu. Kalaupun kami jadi Bonek, kami juga pasti marah mendengar berita itu. Makanya kami bisa maklum kalau takut rusuh jika kami manggung," tukas Bowo yang rencananya bakal menggelar preskon pada Senin (13/12) besok.

Sang manajer pun mengakui, ia dan bandnya sudah mendengar fenomena anti Pee Wee Gaskins sebelumnya. Namun pihaknya sama sekali tidak merespon hal itu secara negatif. "Mereka juga memperhatikan Pee Wee Gaskins, hanya reaksinya saja yang berbeda. Sekarang kami sedang mengkampanyekan berbeda itu tidak harus jadi masalah, agar fans kami tidak rusuh," terangnya.
Bowo hanya menyayangkan karena akibat kejadian ini, para penggemar Pee Wee Gaskins yang berada di Surabaya merasa kecewa. "Ya pasti kecewa ya fans yang udah nungguin di Surabaya. Apalagi kamu sudah lama nggak manggung di Kota Pahlawan. Makanya rencana mengklarifikasi sedang kami susun, supaya ke depan kami bisa memuaskan masyarakat Surabaya," pungkas Bowo. 

Dochi "PWG" : Terima Kasih 2010

Sekarang siapa yang kini nggak mengenal sosok Dochi? Di sepanjang tahun 2010, frontman  dari Pee Wee Gaskins (PWG) ini memang bak roket yang terus melambung tinggi ke langit. Kiprahnya bersama PWG yang dibangunnya sejak tahun 2007 lalu memang berbuah hasil manis. Secara nggak sadar, semua yang dibangun lewat hobi musik kini membawanya ke jenjang yang jauh dari apa yang dibayangkan sebelumnya.


“Tahun 2010 ini menjadi masa yang spesial untuk gue. Banyak ketemu orang baru yang membawa gue ke banyak pengalaman baru yang menjadikan pelajaran tersendiri untuk gue pribadi,” paparnya kepada Hai Online .

Tetapi jangan sangka semua kesuksesan tersebut didapatnya mulus tanpa halangan. Di sisi lain, tahun 2010 ini mempunyai catatan kendala tersendiri bagi bassis berkacamata ini. Mulai dari kandasnya rencana merambah pasar Asia Tenggara hingga aksi Anti Pee Wee Gaskins (APWG) yang kembali merebak baru-baru ini sukses menjadi pelajaran tersendiri untuknya.

Beruntung semua berbuah positif dan juga berujung menjadi sebuah titik di mana cowok yang bernama lengkap Alditsa Dochi Sadega ini lebih bisa membangun diri untuk menghadapi segala sesuatu terutama dalam menyikapi berbagai hal yang ada.

“Mulai dari banyaknya pekerjaan yang datang, album baru, clothing line  gue, pujian dan halangan yang datang di satu tahun belakangan membuat gue lebih mengerti bagaimana harus bersikap dan membangun diri sendiri. gue sadar kalo semua yang gue dapet itu ternyata membuahkan tanggung jawab yang sangat besar. Nggak hanya untuk gue pribadi, tetapi juga untuk orang-orang di sekeliling gue. Maka dari itu, mau nggak mau gue harus lebih peka untuk memahami berbagai keadaan,” ungkap sang bassis.

Hidupnya kini memang nggak sama lagi seperti dulu. kesibukannya bersama PWG membawanya terus kepada dunia baru yang pada kenyataannya membuat Dochi rindu dengan suasana di mana penuh keriaan teman lama. Dan boleh jadi, gelaran launching  album terbaru PWG, Ad Astra Per Aspera beberapa waktu lalu akhirnya menjadi klimaks bagi pengagum Forrest Kline ini.

“Dari semua yang gue alami, launching album PWG November lalu punya kesan mendalam banget. Buat gue acara tersebut bukan cuma launching biasa karena semua dikerjakan sendiri dan di sana akhirnya gue manggung lagi bareng teman-teman lama gue seperti Thirteen, Sweet As Revenge dan banyak teman lama lainnya. Sempat pesimis, tetapi kenyataannya meriah banget. Klimaks deh pokoknya,” ucapnya sumringah.

“Yang pasti tahun 2010 menjadi sebuah masa di mana gue sadar untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Nggak untuk gue pribadi, tetapi untuk banyak orang yang bakalan gue temui nanti. Terima kasih, 2010!” tutupnya semangat. 

Rolling Stone Indonesia Top 10 Albums

Rolling Stone Indonesia Top 10 Albums